Selasa, 05 Mei 2009

Romantisme dan Asmara Jahiliyyah

by. Ustadz Abu Umar Basyier
dalam bukunya "Sutra Romantika"

Dalam budaya umum, cinta seringkali digambarkan sebagai hasil reaksi emosional yang spontan, hasil keterpikatan secara tiba-tiba oleh suatu perasaan yang tak tertahankan. Perasaan itu dapat timbul setiap saat dan lenyap setiap saat. Keterpikatan yang spontan membuat pengalaman jatuh cinta selalu terasa romantis dan indah. Dengan pengalaman ini orang berkhayal, seolah gairah yang mengiringi pengalaman jatuh cinta ini dapat berlangsungsepanjang masa. Cinta yang pada dasarnya adalah nafsu asmara, bujukan iblis itu dianggap mengandung romantisme tinggi. Meski perebutan cinta model seperti itu, juga kerap mendapatkan banyak rintangan, seperti rasa takut dan minder, yang pada dasarnya justru sifat dasar manusia, itu sama sekali bukan rintangan. Biasanya, semakin banyak hal-hal yang dianggap rintangan itu menghadang, semakin hebat pula rasa cinta mereka,dan semakin romantis pula dalam pandangan mereka. Romanyika semacam ini tidak akan brlangsung selamanya, kala rintangan-rintangan dalam hubungan ini telah lenyap, misalnya dengan terjadi pernikahan. Oleh sebab itu, sering didapati dalam masyarakat umum, dimana terjadi perbedaan yang hebat antara hubungan sebelum dan sesudah menikah. Betapa sepasang kekasih ibarat sepasang merpati yang tidak dapat dipisahkan, selalu ingin bersama, larangan kedua orang tua diterjang demi keutuhan cinta mereka berdua. Tapi saat berumah tangga segalanya berubah 180 derajat. Romantisme yang selama ini mereka gembar gemborkan nyaris tak bersisa sama sekali. Kalau pun ada, sudah tidak lagi mengundang daya khayal seperti saat sebelum menikah. Itu menunjukkan bahwa romantisme tersebut adalah palsu belaka. Romantisme seperti itu, bukanlah yang diinginkan oleh Islam.

Islam, mempunyai sudut pandang sendiri tentang romantisme. Seperti hanya Islam memandang cinta dan kasih sayang, seperti halnya Islam memandang hubungan cinta kasih antara dua insan berlawanan jenis.

Romantisme dalam Islam, terkait dengan rasa cinta yang dipupuk dan disemai, di dalam sebuah kehidupan rumahtangga, Karena, salah satu dari yang dianjurkan untuk dilakukan pasangan suami isteri sebelum memutuskan menikah adalah membuktikan, apakah mereka berdua memiliki ketertarikan secara seksual atau tidak.

Nabi Sholollohu 'Alaihi Wassalam bersabda,
"Kalau seorang lelaki berkesempetan untuk melihat pada diri wanita itu sesuatu yang mendorongnya untuk mau menikahinya, hendakya ia melakukannya." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud II : 228, Ahmad III : 334, dan Hakim dalam Al-Mustadrak I : 197)

Ibnu Hajar menjelaskan, "Mayoritas ulama berpendapat bahwa seorang muslim dianjurkan melihat wanita yang hendak dipinangnya." (Lihat Fathul Bari IX : 181)

Imam Al-Mubarakfuri memberi penjelasan, "Arti yang mendorong untuk mau menikahinya, yakni bahwa dengan melihatnya, akan lebih baik, lebih pantas dan memungkinkan terjadinya persesuaian antara keduanya." (Tufatul Ahwadzi IV : 175)

Sehingga, menikah tanpa ada ketertarikan fisik antara calon isteri, jugalah tidaklah dianggap baik dalam mata pandang Islam. Namun, membiarkan cinta berkembang secara luas dan tidak terkontrol, sehingga menjerumuskan seorang muslim dan muslimah dalam pelimbahan dosa, juga sebuah langkah yang amat dilarang. 
Myspace Icons


Tidak ada komentar:

Posting Komentar